Kami juga ikut gembira dengan adanya pengakuan itu karena sebagai satu-satunya perguruan tinggi di Jateng yang membuka Jurusan Teknik Batik, kami memiliki prospek ke depan yang makin cerah. Karena itu, kami akan lebih berkonsentrasi penuh pada jurusan itu, kata Direktur Politeknik Pusmanu Pekalongan Sony Hikmalul MSi.
Dia menyatakan, dengan pengakuan PBB itu maka batik Indonesia, khususnya batik Pekalongan, akan menjadi perhatian dunia. Menurut dia, ada dua hal yang menjadi perhatian orang menyangkut batik, yakni produksi dan pengetahuan.
Untuk produksi, lanjut dia, jelas akan ditangani langsung oleh pengusaha di Kota Pekalongan yang jumlahnya mencapai ribuan. Sedangkan soal pengetahuan batik, Politeknik Pusmanu yang akan menjelaskan sekaligus mentransfer pengetahuan kepada masyarakat.
Untuk itu, pihaknya akan lebih menyiapkan diri terkait dengan transfer pengetahuan tersebut. Bahkan tamu luar negeri yang akan meminta pengetahuan batik, bisa dijelaskan oleh perguruan tinggi tersebut.
Diminta Perusahaan
Sony mengaku, perguruan tinggi yang dipimpinnya sebenarnya sudah menyiapkan diri sejak lama mengenai program Teknik Batik. Bahkan kerja sama dengan GTZ Jerman pun telah dilakukan menyangkut mata kuliah eko-efisiensi yang akhirnya masuk dalam kurikulum perkuliahan di kampusnya.
Terkait dengan Jurusan Teknik Batik, Politeknik Pusmanu sebenarnya sudah membukanya sejak enam tahun lalu. Namun, peminatnya belum begitu banyak. Setiap musim penerimaan mahasiswa baru, yang mendaftar jurusan Teknik Batik hanya 10-15 orang.
Padahal, kenyataannya setelah mereka lulus, peluang kerja lebih besar. Mereka sudah diminta perusahaan-perusahaan besar dari Jakarta, Bali, dan kota-kota lainnya. Namun, pesanan itu belum bisa dipenuhi karena tidak semua alumni mau bekerja di perusahaan. Sebagian dari mereka memilih memproduksi batik sendiri sehingga ke depan bisa menjadi pengusaha batik, tuturnya.
Atas pengakuan batik sebagai warisan Indonesia oleh UNESCO, Jumat (2/10) lusa, maka Sony yakin jurusan Teknik Batik bakal memiliki propek cerah.
Proses transfer pengetahuan batik itu akan lebih baik jika dilakukan melalui pendidikan formal. Masyarakat bisa membatik secara otodikdak, tapi yang bisa dijalani hanya itu-itu saja. Padahal, pegetahuan batik sangat luas dan perlu dimiliki pengusaha batik jika ingin batiknya dikenal masyarakat luas, katanya. (A15-45)