Memiliki keahlian istimewa membuat
Dini Hasan (52) mendapat kesempatan istimewa. Meski hanya lulusan
sekolah dasar, pria asal Pekalongan ini dipercaya mengajar di perguruan
tinggi.
BERKAT kemampuan di bidang desain batik, Dini
sekarang menjadi dosen luar biasa di Politeknik Pusmanu Pekalongan.
Kesempatan mengajar di depan mahasiswa itu tidak datang tiba-tiba.
Suami
Umi Adisah itu sebelumnya kondang sebagai desainer batik ternama di
Pekalongan. Hasil kreasinya yang sudah mencapai ratusan buah
dimanfaatkan oleh para pengusaha batik.
Pria yang lahir 20 Juli
1959 ini tak hanya mengembangkan batik sandang, melainkan juga
nonsandang. Dia, misalnya, mendesain batik di atas media kayu, tembok,
dan keramik.
’’Dari kreasi ini, Politeknik Pusmanu menarik saya
sebagai dosen luar biasa sejak 2009. Perekrutan ini karena Pusmanu saat
itu satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang membuka Jurusan
Teknik Batik. Saya pun mengajar mata kuliah batik,’’ tutur Dini di
Politeknik Pusmanu, beberapa waktu lalu.
Pada awal-awal mengajar,
Dini mengaku grogi. Lama-kelamaan, dia tak merasa canggung. Sekarang
Dini bahkan kerap dipercaya mendampingi tamu kampus untuk menjelaskan
seluk-beluk batik. Dia tak hanya membeberkan teknik pembuatan batik.
Kepada
para tamu, filosofi di balik warisan budaya leluhur ini juga
dipaparkan. Di kampus kesayangannya, Dini diberi kebebasan mengembangkan
batik warna alam.
Politenik Pusmanu sudah mendata 65 jenis pohon
yang digunakan untuk bahan warna alam. Dini pun tekun mengeksplorasi
bahan warna alam itu untuk mendapatkan warna tertentu yang menarik bagi
masyarakat.
’’Selama ini, dari bahan warna alam itu hanya keluar
warna coklat atau sogan seperti warna batik yang diproduksi di Solo dan
Yogyakarta. Saya sudah menemukan beberapa warna alam berupa warna hitam
pekat, kuning, dan oranye. Hasil percobaan itu telah didokumentasikan
di kampus. Ke depan bakal dikembangkan untuk pengembangan batik warna
alam,’’ terang dia.
Dia menjamin penemuan warna alam baru itu tak
akan dirahasiakan. Masyarakat yang memerlukan pengetahuan batik warna
alam bisa meminta informasi ke Pusmanu.
’’Tidak ada yang kami
sembunyikan. Ini berbeda dengan pengusaha. Ketika menemukan warna alam
yang bagus, mereka merahasiakannya karena khawatir tersaingi,’’ papar
Dini.
Autodidak
Keahlian Dini berawal dari belajar desain
batik secara autodidak sekitar 1970-an di rumah pamannya di Wonopringgo,
Pekalongan. Dia kemudian sering bertemu dengan desainer nasional
seperti Amri Yahya, Gea Sukasah, dan mendiang Iwan Tirta.
Dini tak
menyia-nyiakan pertemuan-pertemuan itu. Dia mendapat pengalaman berharga
selama bersama-sama para tokoh batik tersebut. Kepada mereka, dia
belajar mengenai desain dan teknik pembuatan batik.
Sayang, ratusan kreasi yang dibikinnya tidak didokumentasikan. Pasalnya, desain langsung diserahkan kepada si pemesan.
Lantaran
tak didokumentasikan, Dini tak bisa memastikan jumlah karya yang telah
dihasilkan. Dia hanya bisa memperkirakan telah membuat ratusan desain
tanpa tahu angka pasti.
Padahal, desainer nasional seperti
almarhum Iwan Tirta diketahui memiliki 3.000 desain batik. Masing-masing
desain bisa dikembangkan lagi sehingga tak kesulitan menciptakan kreasi
baru di masa depan.
’’Kelemahan saya baru diketahui sekarang. Saya
tidak berpikir sejauh itu. Yang ada dalam pikiran, desain telah dibeli
sehingga lebih baik tidak memiliki dokumen. Jika memiliki dokumen ada
kecenderungan untuk membuat lagi dan dijual lagi. Ini kan tidak benar,’’
sesalnya.
Berkat keahlian mendesain batik pula, Dini mendapat
kesempatan istimewa melanglang buana. Pada 28 Desember nanti, dia bakal
terbang ke Kaledonia Baru, koloni Prancis di Pasifik Selatan.
Oleh
KBRI di negara yang bernama asli Nouvelle-Caledonie itu, Dini diminta
menjadi tutor pembuatan batik. Dia tak terbang sendirian. Bersamanya
ikut pula pemilik Tobal Batik, Umar Achmad. ’’Kami akan mengadakan
workshop di sana,’’ ungkapnya.
Bisa berbahasa Inggris? Dini menggelengkan kepala. Namun, dia menyebut sebagian penduduk Kaledonia Baru merupakan etnis Jawa.
Dahulu,
orang Jawa pergi ke Kaledonia Baru untuk menjadi kuli kontrak di
tambang nikel. Perpindahan itu serupa dengan orang Jawa Suriname.
Warga
asal Jawa dan keturunannya pun masih tetap menggunakan bahasa Jawa.
Karena itu, Dini mengaku tak akan grogi ketika harus menjelaskan batik.
Dia
juga akan mempresentasikan keberadaan Museum Batik di Pekalongan.
’’Kalau mereka bisa berbahasa Jawa, saya akan menggunakan bahasa Jawa,’’
tandasnya.
Dini tak hanya membawa pengetahuan dan keterampilan. Dia
membuat batik khusus dengan desain peta Kaledonia Baru. Batik itu
dipigura dan akan diserahkan kepada penduduk negara itu sebagai
kenang-kenangan. (65)
Entri Populer
-
Di Pasar Comal,sejak dulu dikenal mempunyai jajanan khas yang hingga kini tetap digemari oleh sebagian besar masyarakatnya,yakni Ap...
-
KOMPAS.com — Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah di Indonesia memiliki pesona tersendiri. Salah satunya Kabupaten Pemalang ya...
-
Apa sih makanan khas kota Pemalang? jawabane langka maningggg..!!!! “NASI GROMBYANG” Bisane didarani grombyang? Sebabe sega karo dud...
-
Seperti halnya Nasi grom by ang,sate loso pun hanya bisa dijumpai di Pemalang.salah satunya adalah di jl.Urip Sumoharjo,samping rel ke...
-
Selain Nasi grom by ang,L on t on g dekem merupakan makanan khas dari kota Pemalang.kalau penjual nasi Grom by ang yang telah dikenal l...
-
Pekalongan (ANTARA) - Sebanyak 750 perajin batik asal lima provinsi akan mengikuti kegiatan Jambore Batik Warna Alam Nusantara 2011 yang ...
-
Politeknik Pusmanu Pekalongan menyambut baik pengakuan UNESCO atas batik s...
-
IKUT memeriahkan ajang Pekan Batik Internasional (PBI) ke-2 di Kawasan Jalan Jetayu Kota Pekalongan , Politeknik Batik Pusmanu memamerk...
-
Memiliki keahlian istimewa membuat Dini Hasan (52) mendapat kesempatan istimewa. Meski hanya lulusan sekolah dasar, pria asal Pekalongan...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar